Dua ekor Jerapah

Cerita eksklusif ini dikutip dari milis Akar Rumput

Dua ekor Jerapah

Alkisah hiduplah seekor Jerapah Tua yang tinggal di
sebuah kandang yang terletak di sebuah sudut kebun
binatang yang tidak terurus. Kandangnya tertutup rapat
oleh dinding beton, sehingga hanya Jerapah dewasa yang
bisa memandang keluar.

Suatu pagi, kandang yg sepi tadi kedatangan penghuni
baru. Seekor Jerapah muda yang pemarah. Si Jerapah
muda yang pemarah tadi, setiap saat mengeluhkan segala
yang ada di kandang tadi. Mulai dari kandang yang
sempit dan pengap, rumput yang sudah tidak segar,
hingga air yang kotor.

Mendengar keluhan dan sumpah serapah si Jerapah Muda,
sang Jerapah Tua, hanya tersenyum sambil memandang
keluar kandang. Dan Jerapah Tua sangat betah melakukan
hal ini seharian. Memandang keluar kandang, sambil
bibirnya selalu tersenyum, wajahnya riang,
Lama kelamaan, Jerapah Muda merasa heran. Ada apa
sebenarnya di luar kandang? Maklum ia masih terlalu
muda. Lehernya belum cukup panjang untuk melihat ke
luar.

Jerapah Tua pun bercerita. Bahwa di luar kandang, ada
sebuah padang rumput yang sangat luas. Rumput nya
hijau dan segar. Pohon buah-buahan disana-sini, dan
diantara pepohonan mengalir sungai nan jernih yang
bermuara ke sebuah danau yang airnya bening dan segar.
Di padang rumput tadi, binatang-binatang pun
bercengkerama dengan riang, berlari-larian bebas.

Mendengar cerita Jerapah Tua, si Jerapah Muda pun
memejamkan mata membayangkan keindahan dunia luar.
Perlahan hati nya merasa tentram dan damai. Bibirnya
mulai tersenyum. Ia merasa bahagia.

Kini, setiap hari, si Jerapah Muda selalu meminta Sang
Jerapah Tua untuk melongok keluar dan menceritakan apa
yang terjadi di padang rumput. Dan si Jerapah Muda
akan memejamkan mata, membayangkan. Ia merasa bahagia.
Ia merasa hidup.

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, dan bulan
berganti tahun. Jerapah Tua pun saatnya menghadap Sang
Pencipta. Jerapah Muda sangat terpukul, karena tak ada
lagi yang menceritakan kehidupan di luar sana.

Namun, untunglah rupanya Jerapah Muda kini sudah cukup
dewasa untuk menjulurkan leher panjangnya. Dengan
susah payah, dijulurkan lehernya, dan dilihatnya ke
luar kandang untuk pertama kalinya. Dan dilihatnya
sebuah kenyataan. Tidak ada padang rumput. Tidak ada
pepohonan. Tidak ada sungai dan danau. Hanya padang
gersang berpasir dan berbatu. Padang rumput segar yang
sudah hidup di benaknya bertahun-tahun ternyata hanya
ilusi!

Jerapah Muda sangat kecewa. Jadi ternyata Jerapah Tua
sudah berbohong kepadanya selama bertahun-tahun. Untuk
apa? Mengapa ia harus berbohong? Teriaknya sambil
menangis meraung-raung. Bahagia yang sudah dirasakan
di hatinya pun sirna. Amarah dan kesedihan kembali
datang. Mengapaaaa? Teriaknya.

Ia ingin kamu bahagia. Tiba-tiba seekor elang bijak
menjawab. Dari atas dinding kandang. Tidak kah kamu
mengerti?, ia ingin kamu bahagia, agar kamu dapat
bertahan hidup. Tanpa kebahagiaan, kamu akan mati di
kandang ini. Dan ia telah mengajarkan kepadamu bahwa
kamu bisa berbahagia, apapun keadaan di sekitarmu. Dan
ia telah berhasil. Berterimakasihlah, dan jangan
kecewakan ia. Elang bijak pun terbang berlalu.(Fauzi
Rachmanto)

PS. Mari berbagi kebahagiaan ! Semoga Anda semua yg
membaca cerita ini selalu berbahagia.

No comments: